Belajar Berbisnis Dari Abdurahman Bin Auf

Advertisemen
Ada beberapa poin yang bisa kita pelajari dari kehidupan Abdurrahman bin 'Auf. Beberapa pelajaran yang bisa mengubah paradigma keliru atau mitos tentang keberhasilan dalam berusaha dan harta :

1. Bukan harta yang menentukan kita masuk surga atau neraka. Ada, atau bahkan mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa untuk meraih akhirat mereka meninggalkan dunia. Sementara Abdurrahman bin ‘Auf adalah orang yang sangat kaya raya tetapi mendapat jaminan masuk surga. Harta akan menyebabkan kita masuk neraka jika mendapatkannya dan membelanjakannya dengan cara yang tidak diridlai oleh Allah SWT.

2. Modal uang bukan satu-satunya modal dalam berusaha. Saat Rasulullah SAW mempersaudarakannya dengan Sa’ad bin Rabi’, seroang penduduk Madinah yang kaya, menawarkan setengah harta dan seorang istri. Tetapi Abdurrahman bin ‘Auf menolaknya dengan baik dan memintanya untuk ditunjukan letak pasar. Beliau pergi ke pasar dan berdagang di sana sampai memperoleh keuntungan. Beliau tidak meminta uang ke shahabatnya.

3. Menjual adalah keterampilan yang sangat penting. Kemampuan menjual adalah salah satu faktor keberhasilan beliau dalam berniaga. Sehabis hijrah, tanpa membawa harta dari Mekah, beliau hanya minta ditunjukan letak pasar, kemudian beliau berhasil membawa keuntungan. Menurut riwayat, barang apapun yang beliau perjual belikan akan membawa keuntungan yang besar. Sehingga bukan barangnya (produk/jasa) yang menentukan beliau sukses, tetapi kemampuan menjualnya.

4. Manajemen waktu yang baik. Seperti disebutkan di atas, bahwa beliau meskipun seorang saudagar kaya, tetapi hidupnya tidak untuk dagang saja. Beliau rajin datang ke masjid beliau juga ikut berperang. Beliau adalah salah satu tentara saat perang Badar, perang Uhud, dan beberapa peperangan lainnya.

5. Bersih. Beliau selalu berniaga dengan modal dan barang yang halal dan menjauhkan diri dari perbuatan haram dan syubhat.

6. Belanja di jalan Allah tidak akan menghabiskan harta. Teladan dari beliau adalah salah satu bukti bahwa dengan membelanjakan harta di jalan Allah tidak akan membuat kita miskin.

7. Tidak bermewah diri. Dalam cerita yang lain, jika seseorang yang belum mengenal beliau saat bersama dengan para pelayannya, maka orang tersebut tidak akan membedakan mana majikan, mana pelayan.

Advertisemen

Related Posts

Baca Tulisan Lainnya ini

  • Belajar Mendaur Ulang Benda (Recycling)
    Tentang Daur Ulang Benda Berbagai benda yang dibuang pada umumnya dapat…
  • Nanoteknologi sebuah Pengantar
    Bidang teknologi yang cukup baru pada abad ini adalah nanoteknologi.…
  • Tahukah Anda? Bahwa Manusia Selalu Ditemani Syetan
    Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata, " Andai kata katup/tabir ghaib dapat…
  • Shalat Jum'at - Fikih
    Shalat Jum’at A. Pengertian Shalat jum’at adalah salat yang dilakukan…
  • Fikih Muamalah - Jual Beli dalam Islam
    Pengertian Jual Beli Etimologi : Pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang…
  • Sumber Pendapatan Negara (3): Jizyah
    Jizyah adalah pajak perlindungan. Jizyah merupakan pajak yang dibebankan…
  • Fikih: Najis, Pengertian dan Macamnya
    Pengertian Najis Najis adalah kotoran yang wajib bagi seorang muslim untuk…