Sriwijaya (600-an sampai 1100-an Masehi) adalah salah satu kerajaan yang pernah berkuasa di nusantara yang mencakup wilayah yang luas. Kerajaan yang menguasai Malaka ini, telah ada sejak tahun 671 Masehi. Pada sekitar tahun tersebut, di dunia timur tengah sendiri telah berdiri Dinasti Umayah (661-750M).
Sudah menjadi lumrah, ketika ada dua kekuasaan yang besar maka perlu adanya hubungan diplomatik antara keduanya. Sriwijaya pun melakukan hal ini terhadap kekuasaan lain di dunia pada waktu itu. Sriwijaya menjalin hubungan dengan kekaisaran Cina, Kerajaan Pala di Benggala, Dinasti Chola di selatan India dan termasuk juga melakukan hubungan diplomatik kepada Dinasti Umayah.
Peta Kekuasaan Umayah dan Sriwijaya |
Seperti ditulis dalam situs wikipedia berikut ini:
Sejarawan S.Q. Fatimi menyebutkan bahwa pada tahun 100 Hijriyah (718 M), seorang maharaja Sriwijaya (diperkirakan adalah Sri Indrawarman) mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah, yang berisi permintaan kepada khalifah untuk mengirimkan ulama yang dapat menjelaskan ajaran dan hukum Islam kepadanya. Surat itu dikutip dalam Al-'Iqd Al-Farid karya Ibnu Abdu Rabbih (sastrawan Kordoba, Spanyol), dan dengan redaksi sedikit berbeda dalam Al-Nujum Az-Zahirah fi Muluk Misr wa Al-Qahirah karya Ibnu Tagribirdi (sastrawan Kairo, Mesir).
" Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."
— Surat Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia Islam atau dunia Arab. Meskipun demikian surat ini bukanlah berarti bahwa raja Sriwijaya telah memeluk agama Islam, melainkan hanya menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah.
Add Comments