Mengapa Seorang Muslim Perlu Belajar Bahasa Arab?

Mengapa Seorang Muslim Perlu Belajar Bahasa Arab?
Advertisemen

Pentingnya Belajar Bahasa Arab.

Sudah menjadi ijma' para ulama sepanjang zaman, bahwa batas aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajah dan kedua tapak tangan. Dalam bahasa arab dituliskan begitu:  “..wa 'auratunnisa' i sairu jasadiha illa al-wajha wal kaffaini”.

Artinya: “dan batas aurat wanita adalah seluruh tubuhnya, kecuali wajahnya dan kedua tapak tangannya”.

Namun seringkali karena kesalahan penerjemahan, akhirnya muncul kerancuan pemahaman. Al-kaffaini sering diartikan dengan kedua telapak tangan. Padahal makna yang benar bukan telapak. Sebab kalau diartikan dengan telapak, berarti hanya bagian dalam saja.

Yang benar bukan telapak tangan tetapi tapak tangan. Tapak tangan itu terdiri dari bagian dalam dan bagian luar (punggung). Maka bagian dalam dan luar (batinul kaffi dan zhahiruhu) bukan termasuk aurat, sehingga boleh nampak dan terlihat.

Maka tidak bisa disalahkan ketika ada wanita shalat, dengan punggung tangan terbuka dan terlihat. Sebab punggung tangan itu bukan aurat baginya.

Kesalahan interpretasi karena hanya mengandalkan terjemahan itu memang sangat fatal akibatnya. Karena itu, belajar bahasa arab itu hukumnya nyaris sudah wajib bagi tiap muslim. Agar jangan sampai terjadi kesalahan interpretasi dalam hukum.

Sayangnya, sedikit sekali kesadaran umat Islam untuk belajar bahasa arab. Dan tetap masih asyik membaca buku terjemahan. Padahal membaca buku terjemahan mengandung resiko terjadinya kesalahan pemahaman.

Salah satunya contoh adalah tentang dalil kewajiban memakai jilbab. Seorang Wanita mempertanyakan dasar ayatnya. Menurutnya, di Al-Quran tidak pernah ada perintah yang mewajibkan wanita untuk memakai jilbab.

Marilah kita lihat ayat 59 dari surat Al-Ahzab, dengan sigapnya wanita tadi menepis dengan komentar bahwa di dalam ayat itu Allah tidak pernah memerintahkan wanita pakai jilbab. Sebab terjemahannya begini:

Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” (QS. Al-Ahzab:59)

Menurutnya, karena cuma diawali dengan kata 'hendaklah', maka hukumnya bukan wajib, melainkan anjuran.

Nah, kalau sudah begini, siapa yang mau disalahkan? Kata 'hendaklah' dalam rasa bahasa Indonesia, memang tidak bisa diartikan sebagai kewajiban. Masalahnya sekarang, siapa yang mengartikan ayat itu dengan lafadz 'hendaklah'? Sehingga muncul kesalahpahaman fatal seperti ini.

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian 'lucu' seperti ini, sehingga menambah semangat kita untuk sadar akan pentingnya belajar bahasa arab dan sekaligus belajar ilmu syariah. Kalau hanya mengandalkan buku bacaan terjemahan Al-Quran atau hadits saja, memang akan begitu jadinya.

Jangan sekali-kali baca terjemahan Al-Quran, kecuali anda baca juga kitab-kitab tafsirnya. Jangan baca terjemahan hadits, kecuali anda baca juga kitab-kitab syarahnya (penjelasan) . Kalau tidak tahu, maka bertanyalah kepada yang punya ilmunya.

Wallahu a'lam bishshawab.
(Sumber copy-paste: http://www.voa-islam.com/muslimah/print/2009/07/13/263/images/ads/pid-ads.swf)
Advertisemen

Related Posts

Baca Tulisan Lainnya ini

  • Akidah: Makna Iman, Islam dan Ihsan
    Pengertian Iman, dari lafadz اَ من - يؤمن - ايمانا . yaitu membenarkan dalam…
  • Langkah Dan Teknologi Produksi Handphone (hp) / Mobile Phone
    Konsep dan Prototyping Semua produsen ponsel kita mulai proses dalam tahap…
  • 10 Konsep Islam Dalam Penelitian Sains Modern
    Paradigma Dasar ilmuwan muslim: (1) Tauhid — meyakini hanya ada satu Tuhan,…
  • Penemuan Injil Kuno (Barnabas), Bisa Menggoncang Kekristenan
    Klaim bahwa Bible tidak lengkap didukung oleh gulungan-galian yang ditemukan…
  • Subhanallah! Teori Relativitas Al Kindi
    Teori relativitas ternyata telah lama dicetuskan oleh ilmuwan Muslim di abad…
  • Siapa Snouck Hurgronje dan Apa Pengaruhnya di Nusantara
    Umat Islam Indonesia sudah pasti tidak pernah lupa nama Snouck Hurgronje,…
  • Pengalaman: Atasi Sakit Gigi
    Sakit yang sering kali dijumpai di Indonesia salah satunya adalah sakit gigi.…