Kisah Islami: Nelayan Mukmin Dan Nelayan Kafir

Kisah Islami: Nelayan Mukmin Dan Nelayan Kafir
Advertisemen
Pada zaman dulu, ada dua orang nelayan, seorang mukmin dan seorang lagi kafir. Pada suatu hari kedua-duanya turun ke laut untuk menangkap ikan. Semasa menebar jala, nelayan kafir menyebut nama tuhan berhalanya. Hasil tangkapannya amat banyak. Berlainan pula dengan nelayan mukmin. Apabila menebar jalanya, si-mukmin itu menyebut nama Allah. Hasilnya tidak ada seekor pun ikan yang tersangkut pada jaringnya. Hingga ke lewat senja, nelayan mukmin tidak berjaya mendapat sebarang ikan manakala si-kafir itu kembali dengan membawa ikan yang sangat banyak.

Meskipun pulang dengan tangan kosong, namun nelayan mukmin itu tetap bersabar serta redha dengan apa yang Allah takdirkan. Si-kafir yang membawa berbakul-bakul ikan pulang dengan rasa bangga dan bongkak.

Malaikat yang melihat keadaan nelayan mukmin ini berasa simpati lalu mengadu kepada Allah. Allah memperlihatkan kepada malaikat tempat yang disediakan olehNya untuk nelayan mukmin itu; iaitu sebuah syurga. Berkata malaikat "Demi Allah, sesungguhnya tidak memberi erti apa-apa pun penderitaan di dunia ini jika dia mendapat tempat di syurga Allah." Setelah itu Allah memperlihatkan tempat yang disediakan untuk nelayan kafir. Berkata malaikat "Alangkah malangnya nasib si-kafir. Sesungguhnya tidak berguna langsung apa yang dia dapat di dunia dulu sedangkan tempat kembalinya adalah neraka jahannam."

Moral dan Iktibar Kisah Islami


Kediaman mukmin adalah di syurga manakala kediaman kafir adalah di neraka.

Dunia adalah syurga orang kafir.

Kekayaan dan kemewahan di dunia tidak semestinya berkekalan di akhirat.

Kesusahan orang mukmin di dunia tidak seberapa jika dibandingkan dengan kenikmatan yang disediakan di syurga.

Kesenangan orang kafir di dunia tak berbaloi jika dibandingkan dengan azab siksa yang disediakan di neraka.

Kesenangan atau kesusahan seseorang bukan menjadi kayu ukur bagi keredhaan Allah; yang menjadi penentu ialah keimanan terhadapNya.

Kesusahan di dunia bukan bermakna Allah tidak menyukai seseorang.
Begitu juga kemewahan yang Allah berikan kepada seseorng bukan bermakna Allah meredhainya.


Redha di atas takdir Ilahi adalah sifat mukmin sejati.

Jangan berputus asa, kecewa atau sedih apabila melihat orang kafir senang dan mewah dalam kehidupan di dunia.

Keimanan seseorang adalah lebih mahal daripada dunia dan isinya.
Apalah maknanya kemewahan jika tidak mensyukuri dan beriman dengan Allah.
Advertisemen

Related Posts

Baca Tulisan Lainnya ini

  • Akhlak Mulia Islam: Makna Kekayaan Yang Sebenarnya
    Orang yang paling kaya ialah yang paling sedikit keperluannya dan orang yang…
  • Panduan DOA DAN ZDIKIR
    Allah SWT telah memerintahkan untuk memperbanyak doa dan zdikir. ياايّها…
  • Dasar Hukum Kewarisan Islam
    Dasar Hukum Waris dalam Al Quran Aturan kewarisan Islam sebagian besarnya…
  • Masa Depan Mata Uang Dunia
    Mata uang yang kita kenal kenal sekarang ini adalah uang kertas (fiat). Dibalik…
  • Kompilasi Hukum Islam Buku II: HUKUM KEWARISAN
    BUKU II HUKUM KEWARISAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 171 Yang dimaksud dengan:…
  • Download Ebook
    Setiap bahasa memiliki tata bahasa. Beberapa teman bilang bahwa tata bahasa…
  • Memahami Tentang Fisika Relativitas Einstein
    Einstein Memahami bahwa kecepatan cahaya selalu sama. Kemudian, dia menghitung…