PLTN menjadi alternatif sistem pembangkit listrik masa depan dikarenakan selain tidak langsung menghasilkan polutan(dikatakan sebagai clean energi), juga pertimbangan biaya. Dengan biaya pembangunan yang cukup "murah" dapat menghasilkan energi yang sangat besar.
Bahan utama untuk menghasilkan energi juga menjadi pertimbangan. Hanya perlu beberapa gram uranium saja dapat menghasilkan energi yang sangat besar. Apalagi ditambah ketersedian uranium di bumi Indonesia yang cukup banyak, semakin menguatkan penguasa untuk membangun PLTN. Di Indonesia, setidaknya telah ada beberapa tempat pengayaan uranium yang telah berdiri cukup lama, sehingga penguasa merasa optimis telah menguasai teknologi ini.
Memang begitu efektif dan efisien teknologi yang satu ini untuk menghasilkan energi listrik. Akan tetapi sangat perlu dipertimbangkan mengenai dampak negatif yang mungkin terjadi. Dalam hukum fisika dikatakan aksi sama dengan reaksi.
PLTN menghasilkan energi yang sangat besar tetapi disamping itu juga menghasilkan limbah yang sangat berbahaya pula. Belum lagi jika terjadi kegagalan sistem sehingga mengalami kebocoran, sebagaimana yang sedang terjadi di jepang saat ini. Akibat bencana alam, salah satu PLTN di Jepang meledak.
Perlu diingat pula kejadian serupa di Ukraina (Chernobyl) yang dampaknya terhadap lingkungan masih terasa sampai saat ini. Bahaya masa depan yang mengancam dari hasil pengayaan uranium adalah limbah uranium yang radioaktif. Radioaktif dari limbah ini sedikitnya dapat bertahan sampai 1 abad. Jika limbah tidak ditangani dengan benar sangat berbahaya bagi lingkungan. Melihat kondisi SDM dan juga kondisi Alam Indonesia, penulis termasuk yang kontra bila Indonesia membangun PLTN.
Melihat kayanya potensi Alam Indonesia, kenapa Sumber-sumber energi selain uranium tidak dikembangkan dengan seabik-baiknya? Kenapa tidak mengembangkan Sumber Energi gelombang Air laut atau Tenaga Angin atau tenaga surya atau tenaga air? Mengapa juga tidak mengembangkan potensi terbesar negeri ini yaitu gas alam?
Bahan utama untuk menghasilkan energi juga menjadi pertimbangan. Hanya perlu beberapa gram uranium saja dapat menghasilkan energi yang sangat besar. Apalagi ditambah ketersedian uranium di bumi Indonesia yang cukup banyak, semakin menguatkan penguasa untuk membangun PLTN. Di Indonesia, setidaknya telah ada beberapa tempat pengayaan uranium yang telah berdiri cukup lama, sehingga penguasa merasa optimis telah menguasai teknologi ini.
Memang begitu efektif dan efisien teknologi yang satu ini untuk menghasilkan energi listrik. Akan tetapi sangat perlu dipertimbangkan mengenai dampak negatif yang mungkin terjadi. Dalam hukum fisika dikatakan aksi sama dengan reaksi.
PLTN menghasilkan energi yang sangat besar tetapi disamping itu juga menghasilkan limbah yang sangat berbahaya pula. Belum lagi jika terjadi kegagalan sistem sehingga mengalami kebocoran, sebagaimana yang sedang terjadi di jepang saat ini. Akibat bencana alam, salah satu PLTN di Jepang meledak.
Perlu diingat pula kejadian serupa di Ukraina (Chernobyl) yang dampaknya terhadap lingkungan masih terasa sampai saat ini. Bahaya masa depan yang mengancam dari hasil pengayaan uranium adalah limbah uranium yang radioaktif. Radioaktif dari limbah ini sedikitnya dapat bertahan sampai 1 abad. Jika limbah tidak ditangani dengan benar sangat berbahaya bagi lingkungan. Melihat kondisi SDM dan juga kondisi Alam Indonesia, penulis termasuk yang kontra bila Indonesia membangun PLTN.
Melihat kayanya potensi Alam Indonesia, kenapa Sumber-sumber energi selain uranium tidak dikembangkan dengan seabik-baiknya? Kenapa tidak mengembangkan Sumber Energi gelombang Air laut atau Tenaga Angin atau tenaga surya atau tenaga air? Mengapa juga tidak mengembangkan potensi terbesar negeri ini yaitu gas alam?
Add Comments