Kisah Islam: Umar Bin Khatab Teladan Bagi Kepala Negara

Advertisemen
Beliau adalah seorang Kepala Negara yang selalu mengadaikan integrasi di tengah-tengah umat, suka dan duka bersama rakyat. Beliau kerap kali melakukan kunjungan incognito, menyamar. Pada suatu hari, beliau menyamar masuk pasar ke luar pasar di kota Madinah. Para saudagar didengarnya sedang memperbincangkan kekurangan minyak samin. Bahan makan itu telah lenyap dari warung-warung dan kedai-keadi; rakyat banyak yang lama telah tidak menkonsumsi minyak samin tersebut. Setelah kembali dari pasar ke rumah , beliau bertanya kepada isterinya:

"Masih adakah kita mempunyai persediaan minyak samin?"

"Masih ada beberapa liter lagi." Sahut istrinya.

Beliau meminta supaya semua minyak samin itu dikeluarkan. Setelah diterimanya, seketika itu juga beliau tuangkan ke tanah.

Melihat peristiwa itu, istri beliau terheran-heran, dan kemudian bertanya "Kenapa baginda tuangkan minyak samin itu? Bukankah kita memerlukannya, sedang persediaan kita hanya itu saja? Dan bukankah perbuatan itu mubazir?"

Beliau menjawab, "Minyak samin itu sekarang sukar diperoleh di pasar. Kalaupun ada, sudah masuk barang yang mewah, dan tidak bisa dijangkau oleh daya beli rakyat. Oleh sebab itu, tidaklah selayaknya kita masih makan minyak samin.
Kita harus menunjukan suka dan duka bersama rakyat..."

"Sebagai seorang Kepala Negara, apakah salahnya anda makan minyak samin di waktu orang lain tidak bisa memakannya lagi? " tanya istrinya.

Secara spontan, keluarlah dari mulut belaiau ucapan:

"Bagaimanakah aku dapat menghayati keadaan rakyatku, akalu aku sendiri tidak merasakan (solider) terhadap keadaan yang menimpa mereka itu".

(cerita ini adalah sebuah kisah dari khalifah Umar bin Khattab)
Advertisemen

Related Posts

Baca Tulisan Lainnya ini