Pentingnya Puasa Bagi Masa Depan Kehidupan Manusia

Advertisemen
Kewajiban puasa di bulan Ramadhan adalah salah satu hadiah yang besar bagi umat manusia. Karena pada bulan suci tersebutlah, kehidupan manusia sungguh terlihat sangat berbeda dengan kehidupan binatang. Saat siang hari, manusia yang beriman menahan diri terhadap hawa nafsunya sedangkan pada malam hari menghabiskan waktu tidak hanya untuk tidur tetapi lebih banyak untuk mengingat Allah SWT. cara hidup manusia beriman di bulan Ramadhan merupakan corak khusus yang diberikan Allah SWt kepada Manusia yang beriman dan berakal.

Kemudian jika kita berpikir lebih jauh akan makna puasa bagi kehidupan manusia, maka sunguh puasa merupakan jawaban bagi masa depan dunia. Hal ini telah jelas dituangkan oleh Almarhum Buya Hamka dalam salah satu artikelnya yang berjudul "Syahwat Perut dan Syahwat Faraj". Dalam artikel tersebut Hamka membandingkan tiga pemikir tersohor,yaitu Karl Max, Sigmund Freud dan Al Ghazali. Berikut ini adalah saduran artikel yang ditulis oleh Hamka tersebut.

Syahwat Perut dan Syahwat Faraj

oleh : Buya Hamka

Satu abad yang lalu Karl Marx menyatakan bahwa yang menjadi penentu perang dan damai di dunia ini adalah perbuatan mencari makan alias mengisi perut. 

Berbagai masalah dalam dunia ini, berpusat pada perut. semua orang ingin kenyang dan tak mau lapar, lalu merebut makanan. Maka terjadilah pertentangan yang tidak dapat dielakan, suatu hukum besi diantara golongan yang mempunyai (have) dengan yang tidak mempunyai (have not).

Kemudian setengah abad yang lalu datang pula seorang yang bernama Siqmund Freud yang menyatakan bahwa bukan urusan perut yang menjadi sebab timbulnya pertentangan dan perebutan di dalam dunia ini. Menurut freud, Kecerdasan orang berfikir atau kebodohannya, sukses atau gagal, persoalannya hanya satu, yaitu soal libido! yaitu soal keinginan jantan kepada betina dan betina kepada jantan atau lebih populer dengan istilah soal S e x.

Kedua orang tersebut, yaitu Marx dan Freud adalah keturunan Yahudi yang lahir dalam Getho, pada masa eropa masih memandang kaum Yahudi seperti najis. Mereka membanting otak mecari sebab kericuhan ekonomi dan sosial di benua eropa dan mereka telah mengeluarkan hasil ilmiahnya berdasarkan materialisme semata-mata.

Akan tetapi, 7 abad sebelum Marx mengeluarkan pahamnya dan 7,5 abad sebelum freud muncul ke gelanggang ilmiah, seorang pujangga dan filosof muslim, yaitu imam Ghazali telah menyatakan bahwa dua faktor menentukan hidup manusia dan kedua faktor itu amat perlu bagi kehidupan, yaitu syahwat perut dan syahwat faraj.

Ghazali memandang bukan segi perutnya saja sebagaimana pandangam Marx. Dan bukan segi faraj saja sebagaimana padangan Freud. Ghazali memiliki pandangan bahwa kalau keduanya tidak ada (yaitu syahwat perut dan faraj) maka manusia akan musnah dari muka bumi ini.
Jika manusia tidak memiliki syahwat faraj yaitu laki-laki tidak menginginkan perempuan dan sebaliknya maka akan punahlah keturunan manusia di muka bumi ini.

Kedua orang Yahudi itu, Marx dan Freud, tidak memandang persoalan ini dari segi kerohanian, atau segi agama. Malahan keduanya mengutuk penggunaan agama untuk menyelesaikan persolan. kedua paham ini adalah penambahan belaka bagi pengkokohan materialisme dalam dunia ini.

Adapun Ghazali, sesudah mengakui bahwa perut dan faraj adalah kepastian mutlak bagi kelanjutan kehidupan manusia, beliau memberi peringatan lagi bahwa manusia adalah satu-satunya makhluk yang berakal yang dapat menimbang buruk dan baik. kalau sekiranya manusia hanya memperturutkan syahwat perutnya, niscaya benarlah apa yang dikatakan Marx yaitu perebutan rezeki yang tidak mengenal damai diantara manusia karena hendak mengisi perut. Timbul pertentangan kelas diantara yang kaya dengan yang miskin dan timbulah dendam yang tidak berkeputusan.

Demikian pula jika sekiranya syahwat faraj tidak terkendali, derajat manusia niscaya akan runtuh menjadi binatang. Orang tidak perlu lagi mengenal siapa bapaknya karena segala laki-laki boleh menyetubuhi ibunya.

Maka, Tuhan memberi manusia akal dan juga agama. Akal yang murni sesuai dengan agama yang suci. Agama mengatur agar dalam mengisi perut , manusia harus mengenal halal dan haram. Dan dalam mengisi syahwat faraj, manusia harus menuruti aturan nikah dan kawin.

Oleh karena itu, kehidupan diantara manusia jangan hanya diatur dari luar, hotronomus, tetapi lebih penting lagi peraturan yang datang dari dalam diri manusia itu sendiri, autonomus.


Setiap orang berakal dapat merasakan, bahwa orang lain akan bertahan, walaupun nyawanya akan melayang, kalau harta bendanya atau periuk nasinya dirampas. Sebab itu kalau tidak mempunyai kelebihan kekuatan, tidaklah si kuat akan menindas si lemah. Namun demikian seluruh manusia berkeinginan agar bisa mempunyai persediaan makanan yang cukup. Bukan saja cukup, malahan berlebihan dan persediaan yang ada pada orang lain.

Setelah melihat perebutan rezeki ini, benarlah apa yang dikatakan Marx bahwa perebutan makananlah yang menjadi pangkal segala bencana dunia ini, yaitu pangkal permusuhan dan pertentangan kelas. Asal mulanya hanya mencari sepiring nasi, sepiring siang dan sepiring malam, tetapi dalam masa yang tidak lnama, naik menjadi pengumpul harta yang banyak dan tidak peduli lagi terhadap orang lain, apakah mereka digencet, ditindas atau dihancurkan.

Dari nafsu makan naiklah menjadi nafsu menguasai. Dari sinilah sumber paham kapitalis dan imperialis, penindasan manusia atas manusia.
Asalnya cuma soal sedikit saja, sola perut. Perut yang panjangnya hanya sejengkal dan lebarnya hanya dua jengkal. Tetapi dari perut segitulah pangkal kemelut dunia.

Demikian pula dari syahwat faraj. Meskipun agama sudah mengatur supaya hubungan kelamin, s ex atau libido berjalan dengan tenteram, jangan rebutan. Teratur anak cucu dan keturunan, namun syahwat manusia masih saja ada. Orang Islam dibolehkan beristri empat jika dapat berbuat adil, bisa menyalahgunakan kebolehan ini. lalu ia kawin sampai empat, kalau bosan dia ceraikan setengahnya dan dia cari lagi penggantinya. Adapun orang yang agamanya hanya membolehkan beristri satu, karena syahwatnya, mencarilah dia di lluar dengan tidak terbatas.

Ajaran freud tentang se x inipun sangat berpengaruh di zaman modern. Perempuan, sejak ajaran freud tersohor, sudah jauh lebih maju dari dahulu. Maju ke dalam kehidupan binatang.
Nilai dan kesucian kawin tidak ada lagi. Hubungan laki-laki dan perempuan sudah sangat chaos dan mengerikan. Seorang Yahudi lain yang bernama Jean Paul Sartre dengan tegas mengajarkan pula, apa guna pernikahan! Pernikahan mengikat kebebasan diri pribadi kita, padahal kita telah wujud teloah ada, exis di dunia ini. Sehingga terjadilah hubungan se x tanpa ikatan pernikahan, persis seperti binatang. Bermunculan pula bacaan dan gambar-gambar pornografi, yang dijual di pinggir jalan, bahkan di Eropa, Amerika dan Jepang berdiri toko-toko SE X, "shop se x) yang menjual gambar dan video p or no.

Semua orang yang berakal budi, filososf moral seluruh dunia, ahli-ahli dalam soal etika dan sosiologi sependapat bahwa ini adalah bahaya besar bagi perikemanusian di zaman depan.

Di sinilah kita merasakan perlunya ajaran agama tentang berpuasa. Puasa adalah kendali atas syahwat perut dan syahwat faraj yang datang dari dalam diri kita sendiri, autonomus.
Satu bulan lamanya nafsu makan dan nafsu faraj dikendalikan. latihan satu bulan bukanlah perkara yang kecil, hal ini akan berbekas bagi jiwa. diri ini mesti dikendalikan! Jika tidak, dia akan berlarut-larut dalam keadaannya. Asal kantong berisi, asal perut berisi, diri ini kadang-kadang tidak peduli lagi dari mana sumbernya.

Perebutan pangkat, perebutan kekuasaan, hasad dengki siku menyiku, baik dalam ekonomi maupun politik, dimana maksud tersembunyi sebenarnya adalah untuk merebut jaminan hidup tadi yaitu merebut makanan.

Kemewahan yang berlebih-lebihan dan laki-laki yang jual tampang adalah karena hendak memikat hati kaum hawa. Sehingga soal libido ini kadang-kadang secara langsung atau tidak, mempengaruhi kebijakan politik suatu negara. Lebih-lebih apabila kaum hawa telah mendedahkan dirinya kepada umum, mau turut serta di dalam segala urusan. Lantaran itu timbulah perlombaan hidup mewah, dan dua kali dua sama dengan empat; timbulah korupsi! Korupsi dalam berbagai bidang.

Dimana semua bahaya ini akan dibatasi? Yaitu bahaya syahwat perut dan faraj ini ?
Dibatasi pada diri kita sendiri dengan puasa. Dengan mengendalikan diri dari dalam autonomus itu. Dengan sengaja dengan kesadaran melatih diri meninggalkan makan dan minum di siang hari dan beribadah di malam hari, sebulan lamanya.

Meskipun beras yang dimasak adalah hasil pencarianmu yang halal,bukan barang tipuan atau pencurian, namun tetap tidak boleh kamu makan ketika puasa.
Walaupun isteri sendiri, telah sah nikah, telah berlaku dan telah diketahui orang banyak, namun bila perintah puasa datang, wajib hubungan suami-isteri dihentikan pada siang hari di bulan Ramadhan.

Apabila puasa ini dipraktekan dengan sadar, terjadilah perubahan pandangan hidup, harta tidak lagi sebagai panglima yang menentukan melainkan dijadikan alat untuk berbuat baik. Sehabis puasa dia mengeluarkan zakat fitrah untuk fakir miskin. Dan dibiasakan juag sehabis puasa itu membagikan zakat hartanya kepada yang berhak menerima. Denan demikian nafsu individualis telah dibatasi. Dan pertentangan kelas jaran Marx tidak terjadi. Sebab yang kaya bukan membenci yang miskin melainkan merasa kasih dan wajib memberikan sebagian hartanya. Dan yang miskin tidak dengki kepada yang kaya melainkan medoakan, moga-moga bertambah rezekinya. Sebab dia sendiri mempunyai bagian di dalamnya.

Dalam kerepotan dan keributan politik yang tidak menentu, akibat rebutan rezeki dan dorongan nafsu perut dan faraj, saat orang yang dengan segala senang hati menjual 'aqidah', asyik menyikat dan mengambil muka demi memuaskan nafsu, tiba-tiba bulan ramdhan datang.
Advertisemen

Related Posts

Baca Tulisan Lainnya ini